Sejarah Bambu Runcing, Senjata Andalan Indonesia dalam melawan para penjajah

Sejarah Bambu Runcing, Senjata Andalan Indonesia dalam melawan para penjajah


Bambu runcing adalah sebuah senjata yang terbuat dari bahan baku bambu yang diruncingkan. Senjata ini dahulu konon digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai alat perlawanan melawan penjajahan kolonialis Belanda.


Pada saat ini lambang bambu runcing banyak digunakan oleh berbagai daerah di Indonesia untuk melambangkan keberanian dan pengorbanan dalam meraih kemerdekaan.


Salah satu tokohnya yaitu K.H. Subchi dari Parakan, Temanggung yang dikenal dengan gelar Jenderal Bambu Runcing. Ia sebagai penasehat BMT (Barisan Muslimin Temanggung) yang kemudian dikenal menjadi Barisan Bambu Runcing.


Pada masa penjajahan kita kerap kali mendengar Bambu Runcing sebagai senjata yang di gunakan untuk mengalahkan penjajah. Tapi apakah kalian sudah tahu bagaimana senjata dari bambu itu bermula? Yuk, kita simak penjelasan mengenai sejarah bamboo runcing yang di kutip dari beberapa sumber berikut:


Sejarah Bambu Runcing


Pada masa sebelum kemerdekaan di Parakan, Temanggung, sangat memprihatinkan bagi rakyat. Hal ini karena kondisi tanam paksa, maupun sistem kerja paksa. Bahkan ketika Jepang menduduki jawa, rakyat Temanggung juga menangungg beban yang sulit. Kewajiban Romusha menjadi beban yang membuat warga terlantar, hidup sengsara, lahan pertanian terbengkalai, mereka hanya berpakaian karung goni, sebagian besar warga juga menderita busung lapar karena sulitnya memperoleh makanan.


Ketika pemerintah Hindia Belanda berusaha menggunakan strategi pemisah wilayah, berupa garis demarkasi Van Mook, pada saat itulah warga Temanggung bergerak dengan membentuk Barisan Muslimin Temanggung (BMT) tepatnya pada tanggal 30 Oktober 1945 di Masjid Kauman Parakan. Orasi warga untuk melawan penjajah semakin gencar setelah adanya BMT. Dukungan para kiyai terutama Kiyai Subchi Parakan, membuat santri yang tergabung dalam barisan ini menjadi bertambah. Beliau juga menjadi penasihat BMT yang kemudian dikenal menjadi Barisan Bambu Runcing.


Bambu Runcing


Kiyai Subchi sendiri memiliki banyak julukan, mulai dari Kiyai Bambu Runcing, Jendral Bambu Runcing hingga Sang Penggerak. Beliau juga merupakan anak dari salah satu ulama terkenal yakni Kiyai Wahab dan salah satu guru dari Jendran Soedirman. Selain itu juga ada K.H.R Sumo Gunardo, K.H. M Ali (pengasuh pesantren tertua di parakan), K.H. Abdurrahman, K.H. Nawawi, K.H Istakhori, K.H. Mandzur dan berbagai kiyai NU di Temanggung.


Saat terjadi penyerangan di Parakan, semua pejuang berkumpul pada Kiyai Subchi untuk meminta do’a. Selain itu juga Beliau memerintah para santri untuk membuat senjata bambu runcing, rupanya kepamoran senjata ini tersebar kemana-mana. Berkat senjata ini pula banyak peperangan yang di menangkan oleh pejuang Indonesia. Para pejuang dan santri di daerah lain juga ikut menggunakan bambu runcing sebagai senjata utamanya. Senjata Bambu Runcing digunakan sebagai alat perjuangan sendiri berawal dari ketiadaan dan kekurangan peralatan perang yang tersedia, sementara perjuangan tetap harus di lanjutkan terutama setelah Indonesia merdeka.


Konon katanya muncul semangat dan moral yang kuat pada para pejuang untuk mengalahkan para penjajah setelah bambu itu di doakan para Kiyai, itulah yang menjadi kunci kesaktian bambu runcing dan membuat para pejuang pada masa itu selalu menang dalam peperangan.


Sejarah Bambu Runcing

Bagi para penjajah sendiri, di bunuh dengan serdadu bambu runcing lebih menakutkan daripada pasukan dengan bersenjata api atau senjata lainya. Karena jika di bunuh dengan Bambu Runcing itu akan lebih menyiksa, menimbulkan kematian yang sengsara. Mulai dari infeksi hingga luka yang tak kunjung sembuh.


Selain itu musuh tidak akan tahu darimana serangan berasal jika menggunakan Bambu Runcing, tidak seperti serangan dari senjata api. Oleh karena itu bambu runcing sering kali di anggap pembunuh dalam keheningan.


Perjuangan bersenjata yang melibatkan senjata Bambu Runcing dalam kemerdekaan sangat jelas dan nyata di rasa oleh rakyat. Bahkan setelah proklamasi kemerdekaan dengan musuh utama Jepang, Belanda, dan Sekutu, dimana rakyat belum ada senjata maka bambu runcinglah yang menjadi senjatanya.

Load comments